Teknik Sampling
1. PetakUkur
Secara umum Risalah Hutan dilaksanakan dengan menggunakan teknik sampling. Teknik sampling adalah menaksir nilai pada suatu populasi dengan cara mengukur beberapa unit contoh atau "sampel". Hutan sebagai populasi yang merupakan hamparan yang cukup luas, sementara Sampel yang diambil dari populasi merupakan bagian dari hamparan tersebut dengan keluasan yang lebih kecil, tetapi secara statistik layak mewakili populasinya. Inilah yang kita kenal dengan nama Petak Ukur.
Populasi hutan terdiri atas pohon-pohonan, semak blukar, satwa yang hidup di atas lahan tertentu, sementara Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili karakteristik atau dapat menggambarkan parameter populasi tersebut. Sifat mewakili sampel yang diambil dari suatu populasi dapat diukur dengan tingkat kepercayaannya dan ini merupakan kesalahan sampling (sampling error) yang melekat pada sampel manapun. Hal ini disebabkan oleh dua hal yang berkaitan dengan sifat alami populasi, yaitu: keragaman di dalam populasi dan kesempatan untuk memilih sampel.
Disamping, “kesalahan sampling” juga dikenal adanya “kesalahan non sampling”. Kedua macam kesalahan tersebut terpisah kedudukannya dalam statistik. Kesalahan non sampling berkaitan dengan bias atau kesalahan pengukuran atau cara kerja atau alat, misalnya alat yang digunakan cacat, ada kesalahan pengukuran yang terjadi terus-menerus, prosedur sampling atau cara analisis yang tidak benar. Dalam sampling, “kesalahan non sampling” harus ditiadakan sehingga parameter sampel yang diperoleh hanya mengandung “kesalahan sampling” saja. Dengan demikian perbedaan parameter sampel dengan parameter populasi dapat ditaksir besarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Kesalahan sampling” adalah perbedaan antara parameter sampel dengan parameter populasinya.
2. TeknikSampling.
Penggunaan sampling dalam Risalah Hutan Jati ditujukan untuk menaksir luas hutan dan pengukuran parameter pohon berdiri untuk menaksir Derajat Kesempurnaan Kerapatan Tegakan (DKn), Derajat Kesempurnaan Kerapatan Luas Bidang Dasar (KBD), Volume tegakan per hektar. Para meter pohon yang diukur beruapa diamtere atau keliling batas pohon berdiri setinggi 130 cm dan Tinggi pohon tertinggi sebanyak 100 pohon per hektar.
Pada umumnya teknik sampling dalam Risalah Hutan dianggap cara penempatan sampel untuk penaksiran volume pohon berdiri di lapangan. Berdasarkan Prosedur Kerja Inventarisasi Hutan PK-SMPHT.01-004 tahun 2013, teknik sampling yang digunakan untuk kegiatan Risalah Hutan di Perum Perhutani adalah Systematic Sampling With Random Start (SSWRS). Systematic Sampling With Random Start yakni suatu teknik sampling dimana hanya unit pertama dipilih dengan bantuan angka random atau cara lainnya secara random dan untuk mendapatkan sampel sisanya dipilih secara sistematis menurut interval yang ditentukan sebelumnya. Prinsipnya:
a. N : unit dalam populasi diberi nomor urut: ( 1 - N )
b. Ada interval (k) antar unit sampel: (k = N/n); n : jumlah unit sampel
c. Unit sampel pertama (Rs) dipilih secara acak/random
d. Unit sampel berikutnya ditentukan oleh interval (k), yaitu dengan menambahkan angka
random unit terpilih sebelumnya dengan interval (Rs +k).
e. Pemilihan unit pertama akan menentukan sampel secara keseluruhan,
misal: N=60;n=10;maka:
misal Rs= 2, maka sampel selanjutnya dihitung dengan interval:
1) n1→2;
2) n2→2+6=8;
3) n3→8+6=14;
4) n4→14+6=20;
5) dst.
Jadi sampel yang terpilih adalah No: 2, 8, 14, 20, 26, 32, 38, 44, 50, 56, dst
(sebanyak 10 unit contoh (n))
IntensitasSampling
Intensitas sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan perbandingan jumlah sampel terhadap jumlah populasi. Intensitas sampling ini dapat dinyatakan dalam bilangan desimal atau prosentase (%). Misalnya dari 60 batang pohon diambil 6 pohon untuk diukur sebagai sampel, maka intensitas sampling nya adalah 6/60 = 0,1 atau 10%. Bila suatu hutan luasnya 1000 ha dibuat petak ukur (PU) sebanyak 200 buah yang tersebar merata, dengan luas 0,1 Ha, maka intensitas samplingnya (IS) adalah:
Dari hitungan di atas, maka Perhitungan Intensitas Sampling (IS) dapat dengan dituliskan rumus sebagai berikut:
Untuk menentukan besarnya intensitas sampling ada2 (dua) pendekatan, yaitu:
- Menetapkan besar intensitas sampling sebelum pelaksanaan pengukuran di lapangan, tanpa menghiraukan kecermatan sampling yang akan diperoleh. Pendekatan ini dilakukan karena tersedianya waktu dan biaya tertentu, atau karena sudah ada informasi yang cukup mengenai populasi yang akan diukur dari pengalaman masa lalu. Biasanyacaraini dilpakai pada pengambilan sampel dilakukan secara sistematik sampling.
- Menghitung jumlah luas sampel yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat kecermatan dan kesalahan sampling yang diinginkan. Pendekatan ini titik berat terletak pada kecermatan hasil penarikan sampel. Jumlah sampel yang akan dibuatharusmengikutitujuan,waktudanbiayayangdiperlukan. Intensitas sampling ini tidak berbanding lurus dengan ketelitian sampling, karena ketelitian sampling hutan sangat dipengaruhi oleh homogenitas (Keseragaman/tidak beragam) tegakan. Semakin homogen suatu tegakan, maka ketelitian sampling semakintinggi. Besarnya intensitas sampling mengacu pada Prosedur Kerja Inventarisasi Hutan PK-SMPHT.01-004 adalah sebagai berikut:
dimana setiap 1 buah PU mewakili populasi seluas 4ha, kecuali:
- Petak atau anak petak dengan bentuk yang ekstrim dan atau luasnya kurang dari 4ha, jumlah sampel minimal 2 buah PU yang tersebar secara acak.
- Petak atau anak petak yang banyak mengalami gangguan, intensitas sampling nya dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah PU. Nomor PU dibuat dengan menambah abjad dari nomorPU terdekat, misal PU2 dan PU2a.
- Pada lapangan yang bisa diduga merupakan tanah kosong dilakukan inventarisasi secara okuler, dibuat sketsa dalam peta dan perkiraan luasnya.
Untuk dapat menghitung nilai kesalahan, harus ditetapkan dahulu taraf peluang (selang kepercayaan) yang diinginkan. Biasanya t diambil untuk taraf kepercayaan 95%. Untuk menyederhanakan perhitungan, ditetapkan nilai t=2 pada taraf kepercayaan95%.
No comments:
Post a Comment